05/08/15

Mimpi Buruk, Sebuah Puisi

Mimpi buruk, ciptaan Tuhan
merebut malam dari sinar bulan,
Kuasanya menjalar dan merasuk melalui setiap lubang pori,
ngeri.

Mimpi buruk dan kerinduan,
Tentang masa lalu, takdir, dan Tuhan,
Katamu "ada hikmah di balik semua yang terjadi,"
Namun tetap saja semua jadi sesal yang hadir dalam mimpi.

Mimpi buruk tentang pelangi,
Segelap mendung yang berwarna-warni,
Katamu "indahnya ciptaan Tuhan"
Tapi tetap tak bisa kau hargai perbedaan.

Mimpi buruk tentang jalan ini,
Jalan lurus untuk semua negeri,
Satu jalan dan satu arah,
Tak jarang bersimbah darah.

Mimpi buruk, sebuah puisi.
Tak berima, tak bermakna.
Hanya untaian kata penuh kegalauan.
Tak usah dihiraukan...

09/04/15

Sepatu Karet

Entah sudah kali keberapa, tak terhitung lagi dengan jari tangan.
Kakimu kau langkahkan, dengan berat, dengan kesakitan.
Sepatu karet yang kau kenakan jelas-jelas barang murahan.

Langkahmu terseret,
"Sreeet, sreet, sreet," bunyinya seperti biola.
Ribuan semut berlari sambil menutup telinga.
Burung-burung tinggalkan sarangnya.

Langkah kakimu bagai sampah,
Merusak serakan debu yang indah,
Garis lurus yang tak punya arah.

Ketika kamu sekolah, sepatumu lebih bagus.
Kurikulum memaksamu berdandan yang rapi.
Tapi kamu selalu lupa; hari Senin bawa topi.
Upacara pagi itu membuatmu hangus.
Toh, akhirnya kamu juga lulus.

Minggu lalu kamu ke mall.
Terpajang sepatu-sepatu mahal.
Mengenakannya? Silahkan berkhayal.
Uang di dompetmu hanya cukup untuk bayar tarif parkir yang tidak masuk akal.

Kamu pun ke Eropa,
Nyanyikan lagu tentang cinta.
Sepatumu sepatu kaca,
Namamu Cinderela,
Cintami Della Renata ditambah la.

Yang Terhormat, sepatu karet.
Jangan pergi jauh.