12/11/17

Cita-cita Anita

Anita bukan kekasihku,
Dia hanya seorang wanita yang duduk di sampingku
di bawah langit malam penuh bintang dan bercerita tentang mimpi dan cita-citanya

Anita cantik, meski tak jelita
kunang-kunang bersinar mendengar merdu suaranya
namun yang paling membuatku kagum adalah cita-cita yang dia ceritakan padaku

Kita semua wajib bermimpi,
berkhayal tentang apa yang akan kita lakukan esok hari,
berencana menaklukkan dunia dan menggenggam matahari...

Anita punya cita-cita yang tinggi,
cita-cita yang bagi banyak orang hanya sebatas mimpi,
tapi Anita tak pernah peduli,
dia kejar mimpi itu dengan langkah yang pasti.

Anita menceritakan mimpi-mimpinya kepadaku,
bersama hembusan angin malam yang syahdu,
Namun sayang aku tak ingat cita-cita Anita,
sungguh hina, ampuni lemahnya ingatan hamba.

07/02/17

Tak mengapa kamu menangis,
pikirmu kaulah yang paling  berhak mengais,
Kau pikir hanya hatimu yang teriris,
Kau pikir kisah hidupmu yang paling miris.

Tak mengapa kau memaki,
toh aku ini lelaki, tak punya harga diri,
Kau injak saja seperti tai,
lalu kau bersihkan di tepi lantai.

Tak mengapa kamu merengek,
wajahmu tak akan pernah jadi jelek,
biar mataku yang bengkak penuh belek
setelah kau paksa mengawasi telek

Kami memang paling benar,
Di bawah kakimu bumi berputar,
Sudah-sudah tidur yang pulas,
biar besok pagi aku pergi dan kamu puas.

05/08/15

Mimpi Buruk, Sebuah Puisi

Mimpi buruk, ciptaan Tuhan
merebut malam dari sinar bulan,
Kuasanya menjalar dan merasuk melalui setiap lubang pori,
ngeri.

Mimpi buruk dan kerinduan,
Tentang masa lalu, takdir, dan Tuhan,
Katamu "ada hikmah di balik semua yang terjadi,"
Namun tetap saja semua jadi sesal yang hadir dalam mimpi.

Mimpi buruk tentang pelangi,
Segelap mendung yang berwarna-warni,
Katamu "indahnya ciptaan Tuhan"
Tapi tetap tak bisa kau hargai perbedaan.

Mimpi buruk tentang jalan ini,
Jalan lurus untuk semua negeri,
Satu jalan dan satu arah,
Tak jarang bersimbah darah.

Mimpi buruk, sebuah puisi.
Tak berima, tak bermakna.
Hanya untaian kata penuh kegalauan.
Tak usah dihiraukan...

09/04/15

Sepatu Karet

Entah sudah kali keberapa, tak terhitung lagi dengan jari tangan.
Kakimu kau langkahkan, dengan berat, dengan kesakitan.
Sepatu karet yang kau kenakan jelas-jelas barang murahan.

Langkahmu terseret,
"Sreeet, sreet, sreet," bunyinya seperti biola.
Ribuan semut berlari sambil menutup telinga.
Burung-burung tinggalkan sarangnya.

Langkah kakimu bagai sampah,
Merusak serakan debu yang indah,
Garis lurus yang tak punya arah.

Ketika kamu sekolah, sepatumu lebih bagus.
Kurikulum memaksamu berdandan yang rapi.
Tapi kamu selalu lupa; hari Senin bawa topi.
Upacara pagi itu membuatmu hangus.
Toh, akhirnya kamu juga lulus.

Minggu lalu kamu ke mall.
Terpajang sepatu-sepatu mahal.
Mengenakannya? Silahkan berkhayal.
Uang di dompetmu hanya cukup untuk bayar tarif parkir yang tidak masuk akal.

Kamu pun ke Eropa,
Nyanyikan lagu tentang cinta.
Sepatumu sepatu kaca,
Namamu Cinderela,
Cintami Della Renata ditambah la.

Yang Terhormat, sepatu karet.
Jangan pergi jauh.

18/08/14

Arti

Aku ragu dengan langkahku,
Akan kemana?
Dari mana?
Mengapa?
Untuk apa?
Satu yang pasti, aku melangkah.
____

Sungai tercipta untuk mengalir,
Menuntun hulu ke hilir,
Membawa air untuk para musafir,
Dan menenggelamkan kota yang kafir.

Pelangi tercipta untuk warnai awan,
Menghias langit selepas hujan,
Menghibur jiwa yang sedang susah,
Hati yang resah menjadi cerah.

Adam tercipta untuk sebuah dosa,
Anak cucunya berlari mengejar surga,
Tempat yang lebih tinggi dari matahari,
Lebih dalam dari inti bumi.

Aku tercipta untuk melangkah
Menapaki luasnya muka bumi,
Kemana?
Untuk apa?
Sampai kapan?
Satu yang pasti, aku berjalan,