28/11/11

Sepatu Bekas

Robek, lubang, gores, dan lepasnya jahitan tunjukkan berapa beratnya perjalanan Karena telah lebih dari 2 tahun ku temani dua kakimu yang tak punya arah tujuan Kini kau bosan, temukan yang baru kini kau lelah menahan luka di kakimu kau buang dan campakan seperti raja laut kering Bukankah kita tak tinggal di satu titik? dan untuk itu kita harus berjalan berjalan dengan kaki kaki dengan sepatu maka setelah kau bosan, temukan yang baru gunakanlah dan pasang di kakimu, campakan saja sepatu bekasmu.

1991

nafasku berhembus, mataku melihat nafasku kutahan saat mataku terpejam tidak perlu ku tulis betapa indahnya hidup tak jua perlu ku takuti kehilangannya

24/11/11

15/11/11

Integritas Perasaan

Karena sudah puas melumuri sekujur tubuh dengan tanah, aku memutuskan untuk berhenti bermain sejarah-sejarahan. Kemudian aku kembali pada orang-orang yang sebagian pernah menemaniku bermain, sebagian lainnya sudah mulai main lebih dulu dan memainkan permainan yang sama namun tidak bermain bersamaku. Ketika aku puas melumuri tubuhku dengan tanah, segera saja semua orang yang bermain sejarah-sejarahan puas bermain tanah pada waktu yang nyaris bersamaan. Ketika itu pulalah tercipta sebuah himpunan yang tidak bisa dipetakan dengan korespondensi satu satu. Himpunan itu adalah himpunan orang-orang yang sedang berhenti main sejarah-sejarahan pada waktu bersamaan. Kebersamaan orang-orang ini didasarkan pada dua hal; kecintaan atau mungkin keterpaksaan pada permainan sejarah-sejarahan dan waktu bermain dan istirahat yang nyaris sama. solidaritas, kekompakan, dan omongkosong yang lainnya tercipta dari kebersamaan dalam menghayati permainan sejarah-sejarahan. Ketika sadar bahwa permainan sejarah-sejarahan sudah bisa diganti dengan permainan arcade yang lebih seru, beberapa pemain yang tidak setia akan meninggalkan permainan dan himpunan. Beberapa pemain yang setia akan kebingungan dan kadang lupa tentang permainan dan terlalu sibuk mengurusi sebuah himpunan tanpa integritas perasaan.

14/11/11

δύση

Tidak terlalu jauh, meski betis telah memar dan tubuh penuh peluh. Tidak terlalu jauh, meski ribuan rumah orang tak dikenal telah terlewati, beberapa dipandangi dan dikagumi, sisanya diabaikan. Tidak terlalu jauh, hanya puluhan kilometer, mungkin lebih sedikit atau lebih banyak, tapi memang tak begitu jauh. Berlomba dengan matahari yang merangkak ke balik bukit, perjalanan dari barat memang tak begitu jauh saat itu, karena ku pikir dan ku yakin akan ada perjalanan lebih jauh yang akan kita lalui bersama.

Kapal Karam Yang Tak Pernah Tenggelam

Jika aku tua nanti, apa aku akan tetap mengingat hari ini? apa aku akan tetap mengingat setiap detik dari dua tahun lalu? mungkin tidak, ingatanku akan melemah dan tak lama kemudian aku akan melupakan setiap nama yang terdaftar di benakku. Jika aku tua nanti, ketika kakiku tak patah namun tak mampu lagi berlari dan tak ada harapan untuk pulih, akankah aku duduk dan menyesali hari ini? akankah aku tetap menyesali hari-hari yang kugunakan untuk menyesali hari sebelumnya? mungkin iya, karena setiap detik termanis yang tak dapat diulang adalah diabetes yang menunggu detik penghabisan untuk meledakkan penyesalan. Jika aku tua nanti? masihkah aku akan tersesat mencari arah untuk kembali ke jalan raya kebenaran? atau semua akan menjadi mudah seperti melewati jalan yang kita berdua hafal setiap jengkalnya? kompasku hilang dan aku tak ingin pengganti. Jika aku tua nanti aku ingin tetap berlayar, tanpa kompas, tak peduli arah mata dan ujung hidung angin. jika aku tinggal sejengkal dari liang kuburku, biarkan aku berlayar jauh dari penyesalan yang kutanam di daratan, jauh dari semua perkataan orang yang tak satupun tentang aku. Jika aku mati, biarkan aku karam di satu sisi laut dimana tak ada gravitasi yang menelanku.