21/12/12

Terlalu Kecil

Suatu hari datang kepadaku
Seorang anak yatim lagi piatu
Dia bukannya tak punya ayah atau ibu
hanya saja, mereka dimana, dia tak tahu.

Anak itu bertanya kepadaku,
"bagaimana rasanya punya ibu?"
aku tersenyum karena malu
mungkin tak akan terasa karena ibu selalu disitu

Kau tak akan pernah bisa rasakan indahnya hidupmu
karena segala yang kau ingini telah ada,
keserakahanmu akan dunia dan segala sesuatu,
apa kau lupa bahwa kau dulu hanya anak kecil tak berdaya?

Anak itu kembali bertanya,
"bagaimana hangatnya pelukan ibu?"
air bercucuran dari matanya yang menganga
kemalangan nasibnya menertawakanku

andai aku ingat rasanya,
andai aku ingin mengingat rasanya,
dalam perjalananku aku merasa tak dicinta,
ku ingin pelukan ribuan wanita.

lalu aku lupa pada dirinya,
pelukan pertama yang ku peroleh di dunia,
kasih tulus sepanjang masa,
surga di telapak kakinya.

17/12/12

Ketika

Ketika hidup adalah sebuah pilihan,
kau boleh menangis dan kau boleh tertawa
Ketika Hidup adalah tujuan,
Kematian adalah suatu yang menakutkan

Ketika jujur adalah dosa,
maka kebohongan apa yang tak punya makna?
ketika kau ingin kembali,
aku tak pergi, tak juga menanti

Ketika kita diberi hak berbicara,
apakah diam menjadi tindak pidana?
Ketika warna boleh dipilih,
apakah salah untuk tetap putih?

Ketika manusia bebas berbicara,
apakah diam menjadi dosa?

07/12/12

Mimpi Terbenam

Persembahan kepada mereka yang mati sebelum kiamat..

Hidup hanya sandiwara, sendaugurau, kesenangan yang menipu. Entah mengapa kita terlalu disibukkan olehnya, oleh hidup, seolah-olah dia adalah pakaian yang akan kita kenakan selamanya.
Semua orang tahu bahwa yang hidup akan mati. Itu dan itu saja.
Hidup adalah sebagian kecil perjalanan jiwa menuju 'entah apa kamu menyebutnya', nirwana, surga, valhala, atau sekedar kekosongan sempurna.
Bagaimana kamu menjelaskan ajal? tidak akan ada artinya.
Hiduplah bersama kesadaran akan ketidaktahuanmu akannya.

21/09/12

Puisi Nomer Enam Belas

Bisa kulihat biru di langit

Namun tiga warna lenyap sudah dari matamu

Luntur oleh tetes-tetes air mata yang tak dapat lagi kau tahan

Membasahi bumi yang haus akan hujan.


Ku tulis puisi ini sambil termenung,

Duduk di sudut ruang hampa yang penuh dengan sunyi,

Tak kutemui satupun yang dapat obati rinduku.


Ku tulis puisi ini sambil bernyanyi,

Sebuah lagu tanpa nada untuk lirik tanpa rima,

Menggema di kepalaku yang kosong

Menggaung di jiwaku yang entah mengapa selalu merindu.


Ku tulis puisi ini sambil menangis,

Walau aku tahu bahwa kau tak menemukan makna dalam tulisanku,

Dan aku tak menemukan makna dalam hidupku.


Published with Blogger-droid v2.0.1

18/09/12

Hukum

Apa yang ku lakukan akan kutuai

Seperti buah-buahan yang ku tanam di kebun belakang rumahku.

Tapi tunggu, itu bukan rumahku, tanahnya adalah tanah milik konglomerat yang pagi tadi datang bersama aparat untuk membuatku menjadi keparat yang melarat tanpa tempat untuk beristirahat.


Apa yang kurasa harusnya kau juga rasa,

Karena aku tak ingin sendirian menahan sepi di dada.

Tapi nyatanya kau selalu punya hak untuk bersama siapa saja,

Disaat aku menangis, kau boleh tertawa.


Published with Blogger-droid v2.0.1

Tanpa Nama

Tiga hari yang lalu

Tertulis di lembar hidupmu

Sebuah surat tanpa tujuan

Penuh dengan ungkapan perasaan


Surat itu tanpa nama

Aku tak tahu untuk siapa

Mungkin saja untuk dia

Pria yang selalu kau cinta


Lima menit berlalu

Dan aku masih ragu

Apa makna puisiku

Sudah, tak perlu dibaca. Hanya menyakitkan matamu.


Published with Blogger-droid v2.0.1

21/06/12

Kekanakan

Ada sebuah kertas,

Tidak kosong dan tidak bersih.

Kau mengambilnya dan menuang tinta yang sedari tadi menggenang di telapak tanganmu.

Kau lalu dapati bahwa warna yang kau peroleh tak seindah yang kau harapkan.

Lalu kau salahkan coretan-coretan yang sudah lebih dulu ada dalam lebar kertas itu.

Kekanakan.


Published with Blogger-droid v2.0.1

17/06/12

Penghapus

Bila tinta penuhi lembar ini, kau datang dan putihkan kembali.

Namun kadang lau datang saat lembar ini penuh dengan sketsa lansekap yang indah di mataku.

Lukisan wajah rupawan dunia sebuah ciptaan yang sempurna.


Tapi kau hanyalah alat, tak peduli akan kenangan,

Selama kau bisa hapus, maka kau hapus. Karena itulah tugasmu.


Published with Blogger-droid v2.0.1

23/05/12

Penjara Kata #2

Itu bukan taman, hanya hamparan rerumputan
dan bunga-bunga yang bermekaran
Serta hasratmu yang tak kesampaian
keping-keping yang kau biarkan berserakan

Kau tahu ini salah, aku pun tahu
namun hati ini telah menggebu
jadikan berat terasa jika tak bertemu
apa benar akan ada rindu?

Namun ini bukan taman, hanya satu tempat di bawah semesta
di dalamnya aku dan kamu bersama
mungkin untuk terakhirkalinya
dan kata-kata tak juga keluar dari penjara

21/05/12

Sahabat Ragu dan Pelangi #1

Jemari itu terus saja berjalan di punggung tanganku,
dan aku tetap saja gagal menggenggamnya,
apa aku harus melepas hati yang ku genggam agar aku dapat menggenggam tangan itu?

Sahabat Ragu dan Pelangi #2

Jemari itu terus saja berjalan di punggung tanganku,
dan aku tetap saja gagal menggenggamnya,
dan aku tetap saja gagal menahannya untuk tidak mematahkan hatiku lagi,
hatiku sudah cukup tak berbentuk untuk dihancurkan.

Sahabat Ragu dan Pelangi #3

Jemari itu menjelajahi punggung tanganku,
berjalan di tempat
mencapai tujuannya yang tak ada,
mencapai tujuannya dan terus berjalan

Ku balik tanganku untuk meraihnya,
namun aku tak pernah bisa menggenggamnya,
dia adalah bayangan dan aku angin tanpa warna

20/05/12

Sahabat Ragu dan Pelangi #6

Hai, apa kabarmu sahabat ragu?
lama tak melihatmu, aku bahkan ragu bahwa mataku masih sensitif terhadap tujuh warna yang kau miliki.
lalu harus apa lagi yang ku tanyakan bila kabarmu pun tak boleh ku ketahui?

30/04/12

Buruh Rupa #1

Orang-orang bersorak, macetkan jalan, menyumpah dan menyampah serapah pada pemerintah dan orang-orang serakah.
Ini karena hari ini hari buruh.
Benar, ini hari buruh...
Tapi sekolah masih buka seperti biasanya.Sekolah masih mengajarkan anak-anak untuk menjadi kaya raya. Baik hati adalah nilai lebih, bukan tujuan utama, toh tiap orang punya nurani sendiri, itu pasti pikir para guru.
Tapi ini belum hari guru, belum hari pendidikan, ini hari buruh.

18/04/12

Tahun #6

Pagi benar akan datang

Tak perlu kau sapa lagi aku

Karena dunia menyapamu

Mengantarmu memulai hari


Hari baru?

Aku tak setuju.

Karena kita tak pernah meninggalkan yang lalu

Kau bawa semuanya, kau pecah dan kau gabung

Kita hanya kepingan yang disusun ulang


Published with Blogger-droid v2.0.1

Tahun #2

Kau bisa lupa yang kau katakan

Kau boleh hapus yang kau tulis

Di tengah gundah dalam kegelapan

Namun jangan menangis di tengah gerimis


Hujan yang lebih besar akan menjagamu

Memeluk tubuhmu yang dibasahi peluhku

Dosamu bukan dosaku, dan dosaku bukan dosamu

Meski bersama kita lakukan sejak dulu



Published with Blogger-droid v2.0.1

Tahun #4

Kelak usiamu bertambah

Sikapmupun akan berubah

Kenangan tentangkupun perlahan enyah

Dan muara hatimupun berpindah

Sumpahmu hanya tertulis denga darah

Kilaunya merah dan indah

Namun hujan akan membasuh semua getir

Hilang dan tak tersisa walau hanya sebutir

Anakmu akan bertanya pada ibunya

Kau menjawabnya ketika mereka dewasa,

Bahwa semua tentang cita dan rasa

Bukan untuk diperjuangkan oleh manusia

Published with Blogger-droid v2.0.1

28/03/12

Tukang Sihir

aku adalah tukang sihir dengan mantra-mantra yang tak lagi membawa berkah,
kini aku harus berjalan dengan kaki patahku,
namun tubuhku terlalu lemah untuk berlari mengejar semua yang ingin ku kejar.
haruskah aku menyerah seperti biasa?

21/03/12

Tersembunyi

banyak yang ingin dikatakan namun tak ingin dibaca atau didengar,
banyak yang menjerit namun takut merusak kesunyian,
maka semuanya tersembunyi dalam gelap,
seperti umpatan puitik yang belum selesai,
semuanya tersembunyi, hilang namun ada,

20/03/12

ranting #4

Langit terlalu biru untuk sebuah ilusi.

Gunung terlalu tinggi untuk sebuah khayalan.

Bulan,  bintang dan semua yang ada dalam puisi.

Dari hati yang terlalu rapuh untuk sebuah kenyataan.


Batang pohon yang terhempas angin,

Lewati malam yang begitu dingin.

Sadarlah bahwa pagi akan tiba,

Kibarkan ranting-ranting yang rapuh dan tanpa kuasa.


Hati ini ingin berkibar, ingin mengamuk hingga terbakar.

Hujan belum reda, hasrat ini terus membara.

Dunia... cobaan ini selalu membuatku terlupa.


Published with Blogger-droid v2.0.1

Mimpi #2

Mimpi adalah jarak antara realita dan kesadaran.

Tiap menit mimpi adalah tiap centi jarak dengan impian.

Mimpi, seharusnya mudah saja melupakannya, karena tiap malam akan ada mimpi lain yang bersemi dalam.tidurku.

Namun tetap saja bangun merupakan suatu yang menyesakkan. Andai tidur itu abadi, andai mimpi itu nyata.


Namun kehidupan hanyalah mimpi panjang, ketika terbangun, sesakkah aku?


Published with Blogger-droid v2.0.1

ranting #3

Tiap ranting berdiri di cabang yang menempel di batang, pohon-pohon itupun berdiri di bumi, bumi yang memutari matahari yang tak akan bersinar selamanya.

Hati ini, jika diibaratkan sebuah ranting, akan kemana dia berujung? Akankah ranting ini menahan dedaunan itu selamanya?


Published with Blogger-droid v2.0.1

ranting #2

Bila dalam hatiku sudah tak ada kebaikan, ibarat ranting, ia telah benar-benar kering. Ranting yang kering akan begitu mudah hancur.


Published with Blogger-droid v2.0.1

ranting #1

Hati ternyata memang lebih rapuh dari sebatang ranting pohon, dengan tatapan mata kamu bisa mematahkannya, dengan rangkaian kata kamu bisa menghancurkannya.


Published with Blogger-droid v2.0.1

14/03/12

Secuil Surga

Puisi lama,

Tanpa pembaca

Ku persembahkan kepada bangsa

Pada hamba-hamba

Dan pada yang tak ku sebut namanya


Puisi lama,

Penuh rima

Tak ada yang senang karenanya

Tak senyum dan tak tertawa

Hanya tatap amis penuh derita

Seperti putra durhaka


Ku tak berharap jadi idola

Dipuja seluruh pria dab wanita

Ku tak berharap menjadi dewa

Patung-patung kesepian bermata tiga


Aku hanya ingin bahagia

Dipeluk dan dimanja

Jauh dari neraka

Dan dapat secuil surga


Published with Blogger-droid v2.0.1

Kãfúra

Karena di dunia ini aku tidak diberi keswmpatan untuk mendapat kasihmu, aku ingin setelah mati aku dapat meminum air dari namamu.

Aku adalah pemimpi tanpa mimpi,

Pengkhayal tanpa cita-cita,

Maka biarkanlah satu puisi ini ku tulis tanpa rima,

Tanpa irama, karena setiap irama telah ku gubah menjadi namamu, nama yang ku panggil tanpa balasan.

Dunia ini adalah padang gersang dimana kehausan selalu menerjang, ku harap namamu menjadi penghilang hausku di akhirat kelak.


Published with Blogger-droid v2.0.1

05/03/12

Mimpi #1

Bila hidup ini adalah mimpi, ku yakin ini adalah mimpi indah, karena kau ada di dalamnya.

Tapi mimpi-mimpi dalam tidurku, membuat mimpi besar ini nampak buruk, karena aetiap aku terbangun, semua harapan semu yang ku peluk musnah diujung pagi.

Billa pagi tak datang, ku harap mimpi panjang lain akan menghadirkanmu di sisi yang lebih baik.


Hujan ini akan reda, tapi untuk saat ini aku hanya ingin berpuisi.


Published with Blogger-droid v2.0.1

28/02/12

Kolam #1

Pujangga tak selalu butuh tinta
terkadang mereka menggoreskan jari mereka untuk meneteskan cairan merah yang bisa mengungkapkan sejuta perasaan.

24/02/12

Merintihi Masa Depan

Aku adalah malaikat tanpa sayap
belulang patah yang bernyawa
terbang jauh tinggalkan gelap
menuju tempat yang semoga penuh cahaya

Aku adalah bidadari dari khayangan
putri kecil kelilipan

18/02/12

Pluto #1

Tak bisa ku bayangkan dinginmu kini,

Masih menanti saat kembali berbagi hangat sinar mentari.

Bermain jiola di ujung Bimasakti


Published with Blogger-droid v2.0.1

Memeluk Bintang

Bintang ada di setiap saat.

Namun bintang hanya terlihat saat langit gelap.

Bintang ada untuk beri petunjuk bagi nelayan yang hilang.

Kadang bintang juga berbagi kehangatan.


Kadang katak merindukan bulan,

Gadis kecil ingin memetik bintang.

Kadang puisi hanya saduran,

Sisanya adalah hati yang rindu kasih sayang.


Memeluk bintang tak akan berarti

Jika jemari tak pegang janji

Memeluk bintang dengan hati

Hati yang takut, benci, dan telah terasakiti.


Langit cerah Februari

Memhuatku terus bermimpi

Mimpi berpuisi, mimpi bernyanyi,

Mimpi memeluk bintang di Karangmuni


Published with Blogger-droid v2.0.1

Surya di Lempuyangan

Surya terbenam?

Tak bisa ku lihat, langit mendung...

Awan hitam?

Entahlah, aku buta warna, bahkan tidak bisa bedakan hitam dan putih.


Dingin, hujan, tanpa pelindung.

Hanya jembatan lempuyangan dan bintang yang tak kelihatan yang peduli.

Dingin, hujan, ..

Entahlah, aku buta rasa tak bisa bedakan suasana

Aku juga tak peduli.


Sang surya memberi dinginnya pada hidupku sehari-hari.

Aku pesimis dan tak ingin melihatnya esok hari.


Beri aku tepuk di pundak jika kau peduli.

Surya esok hari


Published with Blogger-droid v2.0.1

17/02/12

-

Entah

aku tidak tahu judul yang lebih baik dari Suatu hujan di satu potong Februari

Setiap mengingatnya, aku merasa seperti bajingan.

Berubu pembenaran sudah kulampirkan di formulir pendaftaranku. Beribu sesal, tapi benarkah aku menyesal?


Entah bagaimana, tapi rasa nyaman itu datang begitu saja, dan ketika ia pergi, rasanya seluruh yang ada di bumi ikut pergi. Maka aku pergi. Teman yang peduli, benarkah mereka peduli?


Memang benar aku seperti anak kecil, pantas kau sebut aku seperti anak kecil. Memang benar aku tak kunjung dewasa, aku sudah mencoba. Toh, aku hanya ingin merasa nyaman, seperti saat kamu di dekatku.

Atau entahlah. Bukan puisi untuk dibaca, aku sendiri tidak tahu apa ini.


Published with Blogger-droid v2.0.1

13/02/12

Berat Dan Kosong #2

Sore yang ku tulis di puisi
mengingatkanku pada seluruh waktu yang ku habisi
dengan secangkir teh manis dan sepotong roti isi
dengan bukit dan pantai di satu sisi

12/02/12

Tanah Surga #1

Aku hidup di negeri surga dimana padi tumbuh di segala musim dan tak seorangpun akan kelaparan, katanya.
Aku hidup di negeri surga, pantai adalah kolam, gunung adalah ruang belajar.
Tanah surga!
lihat disana, jenazah penguasa itu di kubur dengan eloknya di sebuah bukit yang dijadikan miliknya. Penguasa yang tak meninggalkan apa-apa selain kesejahteraan bagi keluarganya.
Lihat disana! bukan disana! lebih bawah lagi, di bawah jembatan yang selalu kau lewati dengan kendaraan mewahmu...
itu pengemis dengan dua anak,
pengemis dengan seorang anak di sebelahnya, seorang anak di pelukannya, dan satu lagi di hadapan Pencipta.
lihatlah dia... bahkan untuk menguburpun tak sanggup.
dan lihatlah kita... tak peduli..

Tanah surga? pantaskah kita?

Sungai Tinta

Jemari tak dapat lagi mengukir kata-kata
bukan karena kehabisan tema
bukan pula karena tak sanggup membuat rima
namun karena takut ada yang terlupa atau tak sanggup melupa

Langkah di taman ini berakhir ketika senja
menggores cerita tentang bahagia dan luka
di antaranya hilang entah kemana
sisanya mengalir di sungai tinta

Sungai tinta, bukan tanpa makna
sungai tinta;  . . .

Sungai tinta, hitam menggores sejuta warna
membentuk pelangi di atas dermaga
ketika kapal berhenti berlayar
dan rindu tak terbayar.


06/02/12

Catatan Rapuh #5

Karena kita berkata bahwa kita akan selalu ada ketika mereka membutuhkan
dan kita berkata bahwa kita adalah sosok tegar tak kenal gentar yang akan berjalan lurus menembus lorong gelap menuju masa depan yang tak pernah datang.
Karena kita berkata bahwa badai ini akan berlalu,
namun tak sepercik sinarpun menembus awan mendung ini,
karena sakitnya nyata.

05/02/12

Catatan Rapuh #2

aku ingin lupa bahwa dia hanya seseorang yang ku temui di keramaian.
Aku ingin lupa bahwa itu bukanlah keramaian pertama yang ku temukan mengerumuni diriku, walaupun itu menjadi yang terasyik.
Seakan aku lupa bahwa keramaian itu ada tanpanya,
seakan aku akan terus meronta akan sepiku ketika dia tidak menyatakan kebersamaannya denganku.
Lalu aku berkata bahwa dialah pemegang hidupku.
hingga aku lelah dengan kesepian ini,
lalu orang lain datang menawarkan keramaian serupa,
lalu semua dimulai dari awal, meski tak sama.

ini bukan tentang rapuh, ini hanya tentang hidup dengan masa lalu yang ingin ku lupakan. Seakan aku lupa bahwa usiaku mungkin tinggal 2 tahun lagi.

Mata Minus dalam Botol

Kamu lagi.
terus meludah dengan percikan omongan yang selalu berbeda tiap harinya.
dan sekarang kamu bilang mau menuju masa depan yang cerah, yaitu jalan indah yang dulu ku tempuh.

terserah ya.

mataku sakit melihat jalan lurus kedepan, sepertinya butuh kacamata.
kacamata sungguhan.

04/02/12

Bintang Kejora #4

Harus ku akui, aku terlalu lama berada disini, dalam gelap
meski kau coba menerangiku, meski kau coba jadi cahayaku
karena kau hanya bintang dan aku akan merindukan pagi.
harus ku akui, aku terlalu takut untuk berlari, kaki bergetar dan tak sanggup menginjak bumi pertiwi,
meski kau coba jadi tongkatku, meski kau bintang di pagi hari yang akan aku rindukan,
karena semua berakhir di malam ketika lilin padam diujung cium dan pelukan yang tertampik.

01/02/12

Sayembara di Bawah Langit Abu-abu

Seisi dunia bagaikan sebuah sayembara,
di dalamnya kita dapat bersandiwara,
menang dan kalah bukan tujuannya,
maka menangis dan bersedih tak ada gunanya.

Ceritakan kembali padaku, tentang sayembara di langit abu-abu itu. Kejadian dimana kamu dan aku, dan mungkin juga mereka bersembunyi dibalik seperlindungan kecil masing-masing?

Ceritakan padaku bila kau memang peduli...
namun ku rasa kau tak peduli.
sayembara ini memang belum berakhir,
hanya bisa terus berusaha dan biarkan Dewan Juri yang memutuskan.
entahlah!

27/01/12

113 #1

Aku tak ingin berhenti menulis, bukan karena egois, hanya karena ingin.
Meski tak banyak lagi yang bisa ku tulis karena jagat rayaku yang menyempit.
Lalu ku biarkan tubuhku luluh lantah dan berserakan di Jalan Daeng Tata karena kereta api yang entah datang dari mana.
Lalu hujanpun turun, membasuh lukaku yang berwarna-warni, perih namun manis.
Dan malam pun datang, mempersilahkan bintang-bintang menyaksikan tubuhku yang mendingin.
Tapi kau pun terus mencoba menghangatkanku.
Hingga aku sanggup kembali menulis.

Keretaapipun datang, hantam tubuhku dan biarkan air mataku berserakan di Perempatan Jalan Daeng Tata, menunggu seseorang untuk memungutnya dan menyatukannya kembali. Membentuk kembali hatiku yang bagai lukisan tanpa warna.
Hujanpun turun, inginnya aku memeluknya, memeluk hujan. Namun hujan berteman dengan bulan, keduanya bagai mimpi yang setiap kali aku mencoba memeluknya, aku terbangun. Hanya luka kecil yang basah dan tak akan pernah kering meski tersiram ribuan panas.
Malam tak pernah lupa menutup pintu hari. Bintang-bintang tak terlalu sering nampak di kota ini, namun berbeda malam itu. Bintang nampak sempurna, sejenak meluapkan rinduku pada bulan. Mengalirkan darah dingin ke jantungku, membuatku mati beku.

Aku terus menulis, bukan untuk siapapun, bukan pula untuk diriku sendiri. Entah untuk apa aku menulis, aku hanya ingin.
Meskipun malam-malamku gelap dan menyesatkan.
Meskipun drama yang dimainkan tak semanis kenyataan.
Meskipun kata yang tersusun tak menyayat seperti yang kau inginkan.


26/01/12

Bintang kejora #3

Karena lembar sejarah akan berganti, sebagian yang ada akan dilupa, sebagaian yang hilang akan terganti.
Tak semua orang ingin menjaga tiap lembarnya, tak semua orang butuh.
Tak semua orang ingin mengenangnya, tak seorangpun benar-benar butuh.
Jadi jika kau sebutir kunang-kunang dalam botol kaca tanpa tutup, kau punya hak untuk terbang.
Jika kau adalah seorang pengelana, kuatkah kakimu untuk menempuh seputaran danau penuh kertas ini?

Karena roda terus berputar dan aku tetap ada di belakang.

Kunang-kunang dalam botol tanpa tutup

Botol kaca, membiaskan semua cahaya yang menyapanya, menyisakan tanya pada refleksi mata yang menatapnya.
Botol kaca, tanpa tutup.
Tergeletak di padang rumput.
Hujan datang dan mengisinya dengan air.
Panas menyapanya dan menguapkan embun-embun.
Hujan turun lagi hanya untuk sekedar menyapa, mungkin dia bertanya apa masih ingat tentang hujan yang dulu?

Dan sebutir kunang-kunang datang padanya. Bersinar terang entah mengapa. Tidak menyapa namun tinggal bagaikan menunggu di bangku dengan penuh kecemasan. Terbang kian kemari di dalam botol tanpa tutup.

Tak ada yang memintanya tetap tinggal,
tak ada yang memintanya tetap bersinar,
Jika ada yang mencoba menangkapnya dengan menutup botol,
dia hanya akan mati.

Bintang Kejora #2

 Cahaya kunang-kunang nampak jelas hanya saat waktu malam tiba, di siang hari, dia tak lebih dari lalat dan nyamuk.
Kunang-kunang tidak lagi hinggap di ujung rerumputan di tanah kosong Malengkeri.
Kunang-kunang tidak lagi menerangi lorong-lorong kecil menuju rumahku.
Rumput hijau ku ganti dengan dinding putih yang dingin dan berdiri megah, berapa angkuhnya jika ku pikir kunang-kunang akan senang dan kagum dengan istana yang ku bangun untukku sendiri.

Botol kosong tanpa tutup melepaskan semua udara yang ada di dalamnya, menyisakan udara lainnya, botol tentu tetap ada tanpa udara yang pergi, bahkan tanpa udarapun botol masih tetap ada, namun akankah semua sama selagi kunang-kunang mencoba menjadi bintang pagiku?




Bintang Kejora #1

Setiap pagi ku harap mentari akan tetap terbit. Bintang kejorapun selalu ada untuk mengucapkan selamat pagi, harapku.
Pintaku mungkin terlalu egois, membiarkan mentari bersinar untukku dan bintang kejora tersenyum padaku tiap pagi tanpa memberinya balasan kecuali pulas tidurku.
Hingga saat langit mendung dan udara tak lagi mengizinkan aku istirahat dengan tenang di ranjangku, aku bangun dan meratapi kehilanganku akan bintang kejora.

22/01/12

Adzan Subuh #1

Di dunia ini, belum ada yang mengalahkan rasa rinduku pada adzan subuh.

Tidak jua ada yang mengalahkan rasa kagumku padanya.

Namun tak jua pernah ku bisa hentikan untuk menduakannya dengan tidur dan mimpiku.


Published with Blogger-droid v2.0.1

Bukan Hal Baru

Kesepian ini sedah ada sejak dua puluh abad lalu.

Kesepian ini bukan ada karena kepergianmu.

Kesepian ini ada hanya karena keberadaanku.

Tak ada yang baru dengan kesepian ini.

Tak lagi ada obat bagi kerinduan ini.

Sepi membuat serasa ingin mati.

Tapi tak boleh diakhiri, karena Dia ingin melihat kesepian ini bergaung lenih lama.


Published with Blogger-droid v2.0.1

13/01/12

Tentang Bulan [5]

Entah bagaimana, aku berharap kau membaca tulisanku, berharap kau mengerti tentang ketulusanku. Tapi apalah artinya ketulusan jika hanya untuk kujual pada pembaca? apalah artinya ketulusan jika ada hal yang diharapkan darinya? Jadi biarlah tulisan ini melayang di udara, tanpa pembaca.

Hujan Lagi (4)

Puisi ini tak ditulis saat hujan, puisi ini tak berima, terserah kau suka atau tidak, terserah aku suka atau tidak. Ini tak ada maknanya, ini tak ada artinya, dan bila kau cari kata dibaliknya, yang kau dapat bukan apa-apa, Ini tentang angka empat, ku renungkan dengan singkat, aku diam di tempat, mecari teman terdekat. Ini tentang hujan, lagi-lagi tentang hujan, kali ini tak berima, tak berirama. Jadi biar ku tulis sesukaku, seperti air hujan yang dengan sesuka hati membasahi bumi.

Catatan Kecil Untuk Hujan [5]

Semakin cepat aku melaju, semakin keras dia menyerbu. Semakin kuat kutahan, semakin jauh tertekan. Berharap bisa bertemu dan saling melindungi dari terpaannya. hujan.

Catatan Kecil Untuk Hujan [4]

Semua memang tentang hujan, cuma hujan. Dan bila kau tak senang mendengarnya, tutuplah telingamu. Dan bila kau tak senang mengenangnya, lupakanlah... Karena berjalan dalam basah ataupun berteduh adalah hal yang perlu kau pilih. Maka berjalanlah hingga mencapai tempat yang memang tujuanmu, Atau berteduhlah dan nikmati tiap tetesnya dari satu sudut bangku ini.

Catatan Kecil Untuk Hujan [3]

Karena hujan tidak melambangkan kesedihan, maka janganlah mencampur air matamu dengan tetesnya.

Catatan Kecil Untuk Hujan [2]

Inkonsistensi adalah pilihan. Seperti berteduh setelah basah kuyup, berlari meski hujan belum reda, ataupun merelakan payung tertiup angin. maka aku perlu memilih, biarlah genangan air yang memantulkan sempurna bulan di setiap langkahku.

12/01/12

Catatan Kecil Untuk Hujan [1]

Bila kau jadikan aku sebagai pendosa dalam tiap dosamu, sementara doaku adalah permintaan atas terkabulnya doaku... Biarkan aku berdoa di saat hujan menyamarkan tiap tetes air mata yang jatuh di sepanjang jalan yang kita kenang.

09/01/12

Tentang Bulan [4]

Senangnya hati, walau hanya berbalas salam dari kejauhan.

02/01/12

Tahun

Apa yang baru dari hujan yang mengguyur hari ini? semua nampak sama dengan hujan kemarin sore, Tiap tetesnya, ukuran dan dinginnya, begitu serupa. Apa yang baru dari huja sore ini? begitu serupa, bagai tetes air mata yang entah bagaimana caranya dapat ku hapus. Semoga tahun-tahun dapat membantuku menghapusnya dari ujung tanah gersang yang terhampar di tiap lekuk senyum yang ku lihat.