12/02/11

Catatan Kaki Untuk Gelas Plastik

"Hidup ini indah", kata pemuda yang tertidur di bawah naungan langit-langit yang penuh lubang dan sarang laba-laba itu. Tangannya menjadi bantal, menyangga kepalanya yang ringan karena tak terlalu banyak isinya. Kaki kanannya bertumpuh pada lutut kirinya yang tertekuk. Matanya sayu mayu tidak hijau tapi berkilau. Nafassnya tenang dan terdengar jelas hembusannya ke udara.
"Hidup ini indah", sekali lagi dia ulangi. Tak ada sautan seperti sebelumnya. Suaranya tidak menggema, pun tak menggaung. Jangkrikpun tak berbunyi.
"Hidup ini indah", dengan intonasi lebih jelas, nada yang lebih datar, dan tekanan yang lebih mendalam. Sekali lagi sautan tak dengar. Jangkrik tetap diam. Pemuda itupun memejamkan matanya.

Hari telah berganti saat mata itu kembali terbuka. Matahari telah cukup tinggi menyoroti hidup yang berulangkali dikatakannya indah sejak semalam. Dengan perlahan dia mempersiapkan dirinya untuk menjalani aktifitas sehari-harinya. Hidup memang cukup indah baginya.
Setelah berjalan kaki sekitar seratus meter, dia menghentikan bus kota, menaikinya untuk kemudian turun di tempat tujuannya. semua naik adalah untuk turun, itu yang dikatakannya suatu pagi ketika telah mendaratkan kedua kakinya di tempat tujuannya.
Setelah mendarat dari bus kota, dia perlu berjalan beberapa meter untuk sampai ke tempat dimana dia habiskan hidupnya selama beberapa waktu terakhir ini. Dalam perjalanan beberapa meter itulah dia bertemu dengan seorang wanita tua yang duduk dan mengangkat gelas plastik kosong seolah-olah mengajaknya untuk bersulang. Mengertilah dia apa yang dimaksudkan wanita itu. Dia kemudian memberi nenek itu sebuah kalimat motivasi "hidup ini indah". Kemudian pemuda itu tersenyum sambil kemudian berjalan meninggalkan nenek yang menjadi bingung karenanya.
Sore harinya, pemuda itu berjalan dengan arah terbalik, guna bisa kembali ke tempat tinggalnya. Di tempat yang sama, dia bertemu kembali dengan nenek yang pagi tadi di temuinya. Belum sempat nenek itu mengangkat gelas plastiknya, dia sudah memberikan nasihat lain "jika engkau mengharapkan pemenuhan dari orang lain, engkau tak akan pernah sungguh terpenuhi. Jika kebahagiaanmu tergantung pada uang, engkau tak akan pernah bahagia dengan dirimu sendiri."
Kutipan dari Tao-te-Ching itu nampaknya menutup hari kedua manusia itu. Pemuda itu kembali ke tempat tinggalnya dan meyakinkan dirinya bahwa hidup ini indah. Sementara sang nenek pulang entah kemana, membawa yang lebih berharga dari isi gelas plastiknya; sebuah nasihat.

Keesokan harinya, nenek itu kembali lagi ke tempat yang sama.

2 komentar:

si Kecil mengatakan...

"Kata-kata yang baik bisa singkat dan mudah diucapkan, tetapi gemanya sungguh tiada batas.."
-Bunda Teresa-

Diky mengatakan...

Selamat yah.. sukses slalu..