Dia adalah rotasi,
berlalu bersama senja
Namun kau ingin disini,
hingga habis masa muda
Itu mimpi, itu cita,
dengannya kau bahagia
namun masa harus berganti
seperti sepatumu yang penuh duri
Dia adalah bumi,
wangi tanah selepas hujan,
peluh yang warnai memori,
namun kini di seberang lautan
itu mimpi, sebuah cerita,
tanpanya dia tak ada
namun kau rindukan hari-hari
dan berharap semua tetap begini
Lepaslah sepatumu dan seberangi laut biru
Tataplah langit bertabur pasir
Berlarilah denganku di Samosir
Lebarkan lenganmu dan lompati Teluk Bone
kejarlah bintang yang berjatuhan
arungi laut di ujung hujan
28/09/13
28/06/13
Pecundang, Pemenang, dan Pemuda Pancasila (#2)
Aku bukan pengecut,
aku hanya pecundang,
aku tak pernah takut
pada masa depan yang menghadang
Aku bukan pengecut,
aku cuma pembohong,
nyaliku tak ciut,
pikiranku hanya kosong
Aku adalah penerus langkah bangsa
berjalan tanpa putus asa,
mengejar metor yang menari di angkasa
terbang bagai kawanan angsa
Aku bersayap bagai Garuda
berdiri tegak bagai tiang bendera
tak pernah gentar bagai pahlawan
meski tak punya mimpi tuk diperjuangkan
aku hanya pecundang,
aku tak pernah takut
pada masa depan yang menghadang
Aku bukan pengecut,
aku cuma pembohong,
nyaliku tak ciut,
pikiranku hanya kosong
Aku adalah penerus langkah bangsa
berjalan tanpa putus asa,
mengejar metor yang menari di angkasa
terbang bagai kawanan angsa
Aku bersayap bagai Garuda
berdiri tegak bagai tiang bendera
tak pernah gentar bagai pahlawan
meski tak punya mimpi tuk diperjuangkan
01/06/13
Pertengkaran
Bukan perang, bukan tawuran
hanya sepercik perdebatan
manusia tak ada yang sama
tak ada yang sempurna
wajar saja jika tinggikan nada
saat berbicara dengan sesama
karena kita manusia
Namun rungu mu,
pernahkah sekali saja kau pastikan fungsinya
untuk mendengar suara semesta
bukan hanya lelucon yang mengundang tawa
Namun otakmu,
pernahkan kau pastikan gunanya,
untuk memikirkan nasib sesama
bukan hanya kesenangan dan isi perutmu saja
dan dinding kamarmu,
terdapat cermin disitu
lihatlah pada wajah keringmu
dan tampar agar wajah itu sadar
Ini bukan makian,
hanya uraian perdebatan
otak kiri dan otak kanan
serta rokok dalam kemasan
hanya sepercik perdebatan
manusia tak ada yang sama
tak ada yang sempurna
wajar saja jika tinggikan nada
saat berbicara dengan sesama
karena kita manusia
Namun rungu mu,
pernahkah sekali saja kau pastikan fungsinya
untuk mendengar suara semesta
bukan hanya lelucon yang mengundang tawa
Namun otakmu,
pernahkan kau pastikan gunanya,
untuk memikirkan nasib sesama
bukan hanya kesenangan dan isi perutmu saja
dan dinding kamarmu,
terdapat cermin disitu
lihatlah pada wajah keringmu
dan tampar agar wajah itu sadar
Ini bukan makian,
hanya uraian perdebatan
otak kiri dan otak kanan
serta rokok dalam kemasan
13/04/13
Tuan
Aku adalah raja takabur yang mempertuhan diriku atas hidupmu
aku ingin kau korbankan segalanya untukku
bangunlah sebuah altar
persembahkan segala kesedihanmu di atasnya.
aku ingin kau korbankan segalanya untukku
bangunlah sebuah altar
persembahkan segala kesedihanmu di atasnya.
28/01/13
Dimensi Kosong
Konsistensi, ruang-ruang kosong benakku
Eksistensi, kehadiranmu-kehadiranku adalah sebuah takdir
Puisi, omong kosong dengan rima
Konstitusi, penjara kebebasan berespresi
Asmara, membara dalam dada
Kamu, ada dan tiada di hidupku
Aku, bukan seorang yang pandai menyair,
Baris-baris ini bukan jenis puisi, hanya sebuah karya dari pikiran yang terjebak dalam dimensi kosong.
Published with Blogger-droid v2.0.1
19/01/13
Foto Bersama #2
Aku tak tahu apa semua merasa sesenang ini saat melihat foto kita.
Kita semua tersenyum dalam foto itu, seolah kita memang selalu tersenyum bersama.
Sejak Semula kita bukan anak sekolahan, kita telah tumbuh dewasa.
Pixel-pixel gambar bisu dan puisi abu-abu
tak akan pernah cukup merekam tahun-tahun yang berlalu,
kalian tahu.
Maka tulislah semua itu dalam kenangan kalian sendiri,
kenanglah semua semanis senyum dalam foto bersama ini.
Kita semua tersenyum dalam foto itu, seolah kita memang selalu tersenyum bersama.
Sejak Semula kita bukan anak sekolahan, kita telah tumbuh dewasa.
Pixel-pixel gambar bisu dan puisi abu-abu
tak akan pernah cukup merekam tahun-tahun yang berlalu,
kalian tahu.
Maka tulislah semua itu dalam kenangan kalian sendiri,
kenanglah semua semanis senyum dalam foto bersama ini.
Foto Bersama #1
Aku tak tahu apa semua merasa sesenang ini saat melihat foto kita.
Kita semua tersenyum dalam foto itu, seolah kita memang selalu tersenyum bersama.
Wajah-wajah mulus itu tak menampakkan luka yang timbulkan cerca,
wajah-wajah mulus itu bersih seperti kesalahan-kesalahan kita.
Kita semua bersama, tersenyum dan tertawa
Dalam satu lembar dimana tak ada yang pisahkan kita
kecuali garis hitam dan perbedaan warna.
Aku ingin kalian semua merasakan ini,
bukan dendam, bukan sepi, bukan pula iri.
Hanya saja tahun-tahun terlalu cepat terlewati,
ingin segera kuselesaikan dan kuputar kembali,
sayangnya itu hanya kuasa Ilahi.
Perbedaan warna itu hanya ilusi,
seperti masa lalu yang hanya angan dan interpretasi,
tapi kadang hal yang menyakiti
tetap tersimpan di hati.
Waktu akan segera berlalu,
kalianpun tahu,
bahwa dendam, sepi, dan iri itu
beserta luka yang kalian tinggalkan di punggungku
hanya akan tersimpan dalam pixel-pixel foto dan puisi si bisu.
Kita memang tak akan selalu bersama,
tapi aku yakin meski terpisah nanti kita tetap bisa tersenyum sendiri-sendiri.
Kita semua tersenyum dalam foto itu, seolah kita memang selalu tersenyum bersama.
Wajah-wajah mulus itu tak menampakkan luka yang timbulkan cerca,
wajah-wajah mulus itu bersih seperti kesalahan-kesalahan kita.
Kita semua bersama, tersenyum dan tertawa
Dalam satu lembar dimana tak ada yang pisahkan kita
kecuali garis hitam dan perbedaan warna.
Aku ingin kalian semua merasakan ini,
bukan dendam, bukan sepi, bukan pula iri.
Hanya saja tahun-tahun terlalu cepat terlewati,
ingin segera kuselesaikan dan kuputar kembali,
sayangnya itu hanya kuasa Ilahi.
Perbedaan warna itu hanya ilusi,
seperti masa lalu yang hanya angan dan interpretasi,
tapi kadang hal yang menyakiti
tetap tersimpan di hati.
Waktu akan segera berlalu,
kalianpun tahu,
bahwa dendam, sepi, dan iri itu
beserta luka yang kalian tinggalkan di punggungku
hanya akan tersimpan dalam pixel-pixel foto dan puisi si bisu.
Kita memang tak akan selalu bersama,
tapi aku yakin meski terpisah nanti kita tetap bisa tersenyum sendiri-sendiri.
Langganan:
Postingan (Atom)