21/08/11

Aammiiin : Apa-apa Terakhir dalam peti

Tak mengapa ikan menjadi kering, karena ada ikan kering,

tak mengapa ikan menjadi asin, karena ada ikan asin,

tak mengapa ikan kering menjadi basah, karena ada ikan kering basah,

tak mengapa ikan asin tak lagi asin, karena namanya tetap ikan asin,

_-____________________________

setiap membeli makanan buka puasa, aku selalu memisahkan kue-kue tertentu dengan kue-kue tertentu lainnya dalam plastik yang berbeda, semua itu ku lakukan agar rasanya tak bercampur.

beberapa kue terasa enak, kue lainnya juga enak, namun bila kedua rasa enak itu digabungkan; bukannya menjadi rasa yang sangat enak, namun menjadi kurang enak, kadang membuat ingin muntah.

Misalnya, kue panada, jalangkote dan lumpia, berhadapan dengan kue dadar, nagasari, dan barongkok.Kue-kue asin jenis pertama masih memiliki toleransi rasa, aku lebih sering menyatukannya dalam satu plastik, pertukaran aroma di antara kue-kue yang digoreng tersebut sering kali tidak begitu terasa, malah kadang menambah keharuman.

namun berbeda halnya dengan jenis kedua, ada yang berpendapat bahwa percampuran rasa dan bau keduanya bersifat merusak. aku juga lebih sering sependapat. kue-kue basah dan manis tak begitu memiliki toleransi terhadap kue-kue di luar golongan/jenisnya.

bagaimana dengan kue yang digoreng dan kue manis? tentu saja aku selalu memisahkannya. ini adalah percampuran paling buruk. penjual kuenya pun setuju, tanpa diminta, dia selalu memisahkan kue asin dan manis.

____________________________


tapi pada akhirnya, cerita tak jauh berbeda.

semua kue yang termakan akan dimakan, dan mereka bersatu dalam perut.

kue-kue, baik manis maupun asin, menjadi setara, akan tercerna, tak peduli bagaimana terasa di lidah dan tercium di hidung.

kue-kue itu akan memenuhi hakikatnya; menjadi tai.

1 komentar:

NERDina mengatakan...

kau suka makan ikan kering?
hati-hati hypertensi